PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Dalam bahasa Indonesia "pemimpin" sering disebut
penghulu, pemuka,
pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus,
penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan
istilah Memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang
berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara.
Istilah pemimpin, kemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar
yang sama "pimpin". Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks
yang berbeda.
Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu;
karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan
kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya
berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki
seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan
"pemimpin".
Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan
dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu
mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang
pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan
di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan.
(Kartini Kartono, 1994 : 181).
Pemimpin jika dialihbahasakan ke bahasa Inggris menjadi
"LEADER", yang mempunyai tugas untuk me-LEAD anggota disekitarnya.
Sedangkan makna LEAD adalah :
·
Loyality
Seorang pemimpin harus mampu membagnkitkan loyalitas rekan
kerjanya dan
memberikan loyalitasnya dalam kebaikan.
memberikan loyalitasnya dalam kebaikan.
·
Educate
Seorang pemimpin mampu untuk
mengedukasi rekan-rekannya dan mewariskan
tacit knowledge pada rekan-rekannya.
tacit knowledge pada rekan-rekannya.
·
Advice
Memberikan
saran dan nasehat dari permasalahan yang ada
·
Discipline
Memberikan keteladanan dalam berdisiplin dan menegakkan kedisiplinan
dalam setiap aktivitasnya.
dalam setiap aktivitasnya.
TUGAS PEMIMPIN
Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin
adalah:
1. Pemimpin
bekerja dengan orang lain :
Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan
orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain
dalam organjsasi sebaik orang diluar organisasi.
2. Pemimpin
adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akontabilitas):
Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas
menjalankan tugas,
mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung
jawab untuk kesuksesan stafhya tanpa kegagalan.
mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung
jawab untuk kesuksesan stafhya tanpa kegagalan.
3. Pemimpin
menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas :
Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin hanya
dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian
tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian
pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah
secara efektif.
4. Pemimpin
harus berpikir secara analitis dan konseptual :
Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis
dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat.
Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadf lebih jelas dan kaitannya
dengan pekerjaan lain.
5. Manajer
adalah forcing mediator :
Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh
karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).
6. Pemimpin
adalah politisi dan diplomat:
Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan
kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim
atau organisasinya.
7. Pemimpin
membuat keputusan yang sulit :
Seorang pemimpin harus dapat
memecahkan masalah.
Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :
1.
Peran huhungan antar perorangan,
dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim,
pelatih, direktur, mentor konsultasi.
2.
Fungsi Peran informal sebagai
monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
3.
Peran Pembuat keputusan, berfungsi
sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator.
KRITERIA SEORANG PEMIMPIN
Pimpinan yang dapat dikatakan sebagai pemimpin setidaknya
memenuhi beberapa kriteria,yaitu :
1. Pengaruh
:
Seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki orang-orang
yang mendukungnya yang turut membesarkan nama sang pimpinan. Pengaruh ini
menjadikan sang pemimpin diikuti dan membuat orang lain tunduk pada apa yang
dikatakan sang pemimpin. John C. Maxwell, penulis buku-buku kepemimpinan pernah
berkata: Leadership is Influence (Kepemimpinan adalah soal pengaruh). Mother
Teresa dan Lady Diana adalah contoh kriteria seorang pemimpin yang punya
pengaruh.
2. Kekuasaan/power
:
Seorang pemimpin umumnya diikuti oleh orang lain karena dia memiliki
kekuasaan/power yang membuat orang lain menghargai keberadaannya. Tanpa
kekuasaan atau kekuatan yang dimiliki sang pemimpin, tentunya tidak ada orang
yang mau menjadi pendukungnya. Kekuasaan/kekuatan yang dimiliki sang pemimpin
ini menjadikan orang lain akan tergantung pada apa yang dimiliki sang pemimpin,
tanpa itu mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Hubungan ini menjadikan hubungan
yang bersifat simbiosis mutualisme, dimana kedua belah pihak sama-sama saling
diuntungkan.
3. Wewenang
:
Wewenang di sini dapat diartikan sebagai hak yang diberikan
kepada pemimpin untuk menetapkan sebuah keputusan dalam melaksanakan suatu
hal/kebijakan. Wewenang di sini juga dapat dialihkan kepada bawahan oleh
pimpinan apabila sang pemimpin percaya bahwa bawahan tersebut mampu
melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik, sehingga bawahan diberi
kepercayaan untuk melaksanakan tanpa perlu campur tangan dari sang pemimpin.
4. Pengikut
:
Seorang pemimpin yang memiliki pengaruh, kekuasaaan/power,
dan wewenang tidak dapat dikatakan sebagai pemimpin apabila dia tidak memiliki
pengikut yang berada di belakangnya yang memberi dukungan dan mengikuti apa
yang dikatakan sang pemimpin. Tanpa adanya pengikut maka pemimpin tidak akan
ada. Pemimpin dan pengikut adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan tidak
dapat berdiri sendiri.
PEMIMPIN SEJATI
Empat Kriteria Pemimpin Sejati yaitu:
1. Visioner:
Punyai tujuan pasti dan jelas serta tahu kemana akan membawa
para pengikutnya. Tujuan Hidup Anda adalah Poros Hidup Anda. Andy Stanley dalam
bukunya Visioneering, melihat pemimpin yang punya visi dan arah yang jelas,
kemungkinan berhasil/sukses lebih besar daripada mereka yang hanya menjalankan
sebuah kepemimpinan.
2. Sukses
Bersama:
Membawa sebanyak mungkin pengikutnya untuk sukses
bersamanya. Pemimpin sejati bukanlah mencari sukses atau keuntungan hanya bag)
dirinya sendiri, namun ia tidak kuatir dan takut serta malah terbuka untuk
mendorong orang-orang yang dipimpin bersama-sama dirinya meraih kesuksesan
bersama.
3. Mau
Terus Menerus Belajar dan Diajar (Teachable and Learn continuous):
Banyak hal yang harus dipela ari oleh seorang pemimpin jika
ia mau terus survive sebagai pemimpin dan dihargai oleh para pengikutnya. Punya
hati yang mau diajar baik oleh pemimpin lain ataupun bawahan dan belajar dari
pengalaman-diri dan orang-orang lain adalah penting bagi seorang Pemimpin.
Memperlengkapi diri dengan buku-buku bermutu dan bacaan/bahan yang positif juga
bergaul akrab dengan para Pemimpin akan mendorong Skill kepemimpinan akan
meningkat.
4. Mempersiapkan
Calon-calon Pemimpin Masa depan:
Pemimpin Sejati bukanlah orang yang hanya menikmati dan
melaksanakan kepemimpinannya seorang diri bagi generasi atau saat dia memimpin
saja. Namun, lebih dari itu, dia adalah seorang yang visioner yang
mempersiapkan pemimpin berikutnya untuk regenerasi di masa depan. Pemimpin yang
mempersiapkan pemimpin berikutnya barulah dapat disebut seorang Pemimpin Sejati.
Di bidang apapun dalam berbagai aspek kehidupan ini, seorang Pemimpin sejati
pasti dikatakan Sukses jika ia mampu menelorkan para pemimpin muda lainnya.
SYARAT SEORANG PEMIMPIN
Di dalam Islam seorang pemimpin haruslah mempunyai sifat:
1.
SIDDIQ artinya jujur, benar,
berintegritas tinggi dan terjaga dari kesalahan
2.
FATHONAH artinya jerdas, memiliki
intelektualitas tinggi dan professional
3.
AMANAH artinya dapat dipercaya,
memiliki legitimasi dan akuntabel
4. TABLIGH artinya senantiasa
menyammpaikan risalah kebenaran, tidak pernah menyembunyikan apa yang wajib
disampaikan, dan komunikatif.
Di dalam Alkitab peminipin harus mempunya sifat dasar :
1.
Bertanggung jawab,
2.
Berorientasi pada sasaran,
3.
Tegas,
4.
Cakap,
5.
Bertumbuh,
6.
Memberi Teladan,
7.
Dapat membangkitkan semangat,
8.
Jujur,
9.
Setia,
10. Murah
hati,
11. Rendah
hati,
12. Efisien,
13. Memperhatikan,
14. Mampu
berkomunikasi,
15. Dapat
mempersatukan, serta
16. Dapat
mengajak.
Pada ajaran Budha di kenal dengan DASA RAJA DHAMMA yang
terdiri dari :
1.
DHANA (suka menolong, tidak kikir
dan ramah tamah),
2.
SILA (bermoralitas tinggi),
3.
PARICAGA Imengorban segala sesuatu
demi rakyat),
4.
AJJAVA (jujur dan bersih),
5.
MADDAVA (ramah tamah dan sopan
santun),
6.
TAPA (sederhana dalam penghidupan),
7.
AKKHODA (bebas dari kebencian dan
permusuhan),
8.
AVIHIMSA (tanpa kekerasan)
9.
KHANTI (sabar, rendah hati, dan
pemaaf),
10. AVIRODHA
(tidak menentang dan tidak menghalang-halangi).
Pada ajaran Hindu, falsafah kepemimpinan dijelaskan dengan
istilah-istilah:
1.
PANCA STITI DHARMENG PRABHU yang
artinya lima ajaran seorang pemimpin,
2.
CATUR KOTAMANING NREPATI yang
artinya empat sifat utama seorang pemimpin
3.
ASTA BRATlA yang artinya delapan
sifat mulia para dewa,
4.
CATUR NAYA SANDHI yang artinya empat
tindakan seorang pemimpin, Dalam
Catur Naya Shandi pemimpin harus mempunyai sifat yaitu :
Catur Naya Shandi pemimpin harus mempunyai sifat yaitu :
a.
SAMA /dapat menandingi kekuatan
musuh
b.
BHEDA /dapat melaksanakan tata
tertib dan disiplin kerja
c.
DHANA /dapat mengutamakan sandang
dan papan untuk rakyat
d.
DANDHA / dapat menghukum dengan adil
mereka yang bersalah.
Trait Theory (Keith Davis)
Ciri Utama Pemimpin Yang Berhasil :
a.
Intelegensia
b.
Kematangan Sosial
c.
Inner Motivation
d.
Human Relation Attitude
Ciri-Ciri Pemimpin Sukses ( Stogdill; 1974)
a.
Adaptable To Situations
b.
Alert To Social Environment
c.
Ambitious And Achievement Oriented
d.
Assertive
e.
Cooperative
f.
Decisive
g.
Dependable
h.
Dominant (Desire To Influence
Others)
i.
Energetic (High Activity Level)
j.
Persistent
k.
Self-Confident
l.
Tolerant Of Stress
m.
Willing To Assujne Responsibility
Skills Pemimpin Sukses (Stogdill; 1974)
a.
Clever
b.
Conceptually Skilled
c.
Creative
d.
Diplomatic And Tactful
e.
Fluent In Speaking
f.
Knowledgeable About Group Task
g.
Organized (Administrative Ability)
h.
Persuasive
i.
Socially Skilled
Pengertian Kepemimpinan
Dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang
sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh
organisasi. Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari
kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Kepemimpinan adalah aktivitas
untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu (Thoha, 1983:123). Sedangkan menurut Robbins
(2002:163) Kepemimpian adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk
mencapai tujuan. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1991:26) Kepemimpinan adalah
sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk
didalamnya kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan
yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta
merasa tidak terpaksa.
Dari pengertian diatas kepemimpinan mengandung beberapa
unsur pokok antara lain:
1. Kepemimpinan melibatkan orang lain
dan adanya situasi kelompok atau organisasi tempat pemimpin dan anggotanya
berinteraksi,
2. Di dalam kepemimpinan terjadi
pembagian kekuasaan dan proses mempengaruhi bawahan oleh pemimpin, dan
3.
Adanya tujuan bersama yang harus
dicapai.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.
Beberapa pendapat ahli mengenai Kepemimpinan :
1.
Menurut John Piffner, Kepemimpinan
merupakan seni dalam mengkoordinasikan dan
mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki
(H. Abu Ahmadi, 1999:124-125)
mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki
(H. Abu Ahmadi, 1999:124-125)
2.
Kepemimpinan adalah pengaruh antar
pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk
mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu
(Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
(Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
3.
Kepemimpinan adalah suatu proses
yang memberi arti (penuh arti Kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan
dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan
(Jacobs & Jacques, 1990, 281)
(Jacobs & Jacques, 1990, 281)
4. Kepemimpinan merupakan suatu
kemampuan, proses, atau fungsi pada umumnya untuk mempengaruhi orang-orang agar
berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu. (Slamet, 2002: 29)
5. Kepemimpinan adalah sikap pribadi,
yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared
Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7)
6.
Kepemimpinan adalah suatu proses
yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai adalah pengaruh
antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi
untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu
(Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 29)
(Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 29)
7.
Kepemimpinan adalah aktivitas untuk
mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu (Thoha, 1983:123).
8.
Kepemimpinan adalah sekumpulan dari
serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya
kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang
dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa
tidak terpaksa. ( Ngalim Purwanto ,1991:26)
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku Aeseorang atau
sekelompok orang untuk meneapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.
Kepemimpinan merupakan masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara
pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama,
baik dengan cara mempengafuhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi. Dari
sini dapat dipahami bahwa tugas utatna seorang pemimpin dalam menjalankan
kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada kemampuannya dalam melaksanakan
program-program saja, tetapi lebih dari itu yaitu pemimpin harus mempu
melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotanya atau masyarakatnya untuk
ikut berperan aktif sehingga mereka mampu memberikan kontribusi yang posetif
dalam usaha mencapai tujuan.
Faktor-faktor penting yang terdapat dalam pengertian
kepemimpinan:
1.
Pendayagunaan Pengaruh
2.
Hubungan Antar Manusia
3.
Proses Komunikasi dan
4.
Pencapaian Suatu Tujuan.
Unsur-Unsur Mendasar
Unsur-unsur yang mendasari kepemimpinan dari defmisi-defmisi
yang dikemukakan di atas, adalah:
1.
Kemampuan mempengaruhi orang lain
(kelompok/bawahan).
2.
Kemampuan mengarahkan atau
memotivasi tingkah laku orang lain atau kelompok.
3.
Adanya unsur kerja sama untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
Model-Model Kepemimpinan
Banyak studi mengenai kecakapan kepemimpinan (leadership
skills) yang dibahas dari berbagai perspektif yang telah dilakukan oleh para
peneliti. Analisis awal tentang kepemimpinan, dari tahun 1900-an hingga tahun
1950-an, memfokuskan perhatian pada perbedaan karakteristik antara pemimpin
(leaders) dan pengikut/karyawan (followers). Karena hasil penelitian pada saat
periode tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat satu pun sifat atau watak
(trait) atau kombinasi sifat atau watak yang dapat menerangkan sepenuhnya
tentang kemampuan para pemimpin, maka perhatian para peneliti bergeser pada
masalah pengaruh situasi terhadap kemampuan dan tingkah laku para pemimpin.
Studi-studi kepemimpinan selanjutnya berfokus pada tingkah
laku yang diperagakan oleh para pemimpin yang efektif. Untuk memahami
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkah laku para pemimpin yang
efektif, para peneliti menggunakan model kontingensi (contingency model).
Dengan model kontingensi tersebut para peneliti menguji keterkaitan antara
watak pribadi, variabel-variabel situasi dan keefektifan pemimpin.
Studi-studi tentang kepemimpinan pada tahun 1970-an dan
1980-an, sekali lagi memfokuskan perhatiannya kepada karakteristik individual
para pemimpin yang mempengaruhi keefektifan mereka dan keberhasilan organisasi
yang mereka pimpin. Hasil-hasil penelitian pada periode tahun 1970-an dan
1980-an mengarah kepada kesimpulan bahwa pemimpin dan kepemimpinan adalah
persoalan yang sangat penting untuk dipelajari (crucial), namun kedua hal
tersebut disadari sebagai komponen organisasi yang sangat komplek.
Dalam perkembangannya, model yang relatif baru dalam studi
kepemimpinan disebut sebagai model kepemimpinan transformasional. Model ini
dianggap sebagai model yang terbaik dalam menjelaskan karakteristik pemimpin.
Konsep kepemimpinan transformasional ini mengintegrasikan ide-ide yang
dikembangkan dalam pendekatan watak, gaya dan kontingensi.
Berikut ini akan dibahas tentang perkembangan pemikiran
ahli-ahli manajemen mengenai model-model kepemimpinan yang ada dalam literatur.
a.
Model Watak Kepemimpinan
(Traits Model of Leadership)
Pada umumnya
studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba meneliti tentang watak
individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti misalnya: kecerdasan,
kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam bergaul,
status sosial ekonomi mereka dan lain-lain (Bass 1960, Stogdill
1974).
Stogdill
(1974) menyatakan bahwa terdapat enam
kategori faktor pribadi yang membedakan antara pemimpin dan pengikut, yaitu
kapasitas, prestasi, tanggung jawab, partisipasi, status dan situasi. Namun
demikian banyak studi yang menunjukkan bahwa faktor-faktor yang membedakan
antara pemimpin dan pengikut dalam satu studi tidak konsisten dan tidak
didukung dengan hasil-hasil studi yang lain. Disamping itu, watak pribadi
bukanlah faktor yang dominant dalam menentukan keberhasilan kinerja manajerial
para pemimpin. Hingga tahun 1950-an, lebih dari 100 studi yang telah dilakukan
untuk mengidentifikasi watak atau sifat personal yang dibutuhkan oleh pemimpin
yang baik, dan dari studi-studi tersebut dinyatakan bahwa hubungan antara
karakteristik watak dengan efektifitas kepemimpinan, walaupun positif, tetapi
tingkat signifikasinya sangat rendah(Stogdill 1970).
Bukti-bukti yang
ada menyarankan bahwa "leadership is a relation that exists
between persons in a social situation, and that persons who are leaders in one
situation may not necessarily be leaders in other situation" (Stogdill
1970). Apabila kepemimpinan didasarkan pada faktor situasi, maka
pengaruh watak yang dimiliki oleh para pemimpin mempunyai pengaruh yang tidak
signifikan. Kegagalan studi-studi tentang kepimpinan pada periode awal ini,
yang tidak berhasil meyakinkan adanya hubungan yang jelas antara watak pribadi
pemimpin dan kepemimpinan, membuat para peneliti untuk mencari faktor-faktor
lain (selain faktor watak), seperti misalnya faktor situasi, yang diharapkan
dapat secara jelas menerangkan perbedaan karakteristik antara pemimpin dan
pengikut.
b.
Model Kepemimpinan Situasional
(Model of Situasional Leadership)
Model kepemimpinan
situasional merupakan pengembangan model watak kepemimpinan dengan fokus utama
faktor situasi sebagai variabel penentu kemampuan kepemimpinan. Studi tentang
kepemimpinan situasional mencoba mengidentifikasi karakteristik situasi atau
keadaan sebagai faktor penentu utama yang membuat seorang pemimpin berhasil
melaksanakan tugas-tugas organisasi secara efektif dan efisien. Dan juga model
ini membahas aspek kepemimpinan lebih berdasarkan fungsinya, bukan lagi hanya
berdasarkan watak kepribadian pemimpin.
Hencley (1973) menyatakan
bahwa faktor situasi lebih menentukan keberhasilan seorang pemimpin dibandingkan
dengan watak pribadinya. Menurut pendekatan kepemimpinan situasional ini,
seseorang bisa dianggap sebagai pemimpin atau pengikut tergantung pada situasi
atau keadaan yang dihadapi. Banyak studi yang mencoba untuk mengidentifikasi
karakteristik situasi khusus yang bagaimana yang mempengaruhi kinerja para
pemimpin. Hoy dan Miskel (1987), misalnya, menyatakan bahwa
terdapat empat faktor yang mempengaruhi kinerja pemimpin, yaitu sifat
struktural organisasi (structural properties of the organisation), iklim atau
lingkungan organisasi (organisational climate), karakteristik tugas atau peran
(role characteristics) dan karakteristik bawahan (subordinate characteristics).
Kajian model kepemimpinan situasional lebih menjelaskan fenomena kepemimpinan
dibandingkan dengan model terdahulu. Namun demikian model ini masih dianggap
belum memadai karena model ini tidak dapat memprediksikan kecakapan
kepemimpinan (leadership skills) yang mana yang lebih efektif dalam situasi
tertentu.
c.
Model Pemimpin yang Efektif
(Model of Effective Leaders)
Model kajian
kepemimpinan ini memberikan informasi tentang tipe-tipe tingkah laku (types of
behaviours) para pemimpin yang efektif. Tingkah laku para pemimpin dapat
dikatagorikan menjadi dua dimensi, yaitu struktur kelembagaan (initiating
structure) dan konsiderasi (consideration). Dimensi struktur kelembagaan
menggambarkan sampai sejauh mana para pemimpin mendefinisikan dan menyusun
interaksi kelompok dalam rangka pencapaian tujuan organisasi serta sampai
sejauh mana para pemimpin mengorganisasikan kegiatan-kegiatan kelompok mereka.
Dimensi ini dikaitkan dengan usaha para pemimpin mencapai tujuan organisasi.
Dimensi konsiderasi menggambarkan sampai sejauh mana tingkat hubungan kerja
antara pemimpin dan bawahannya, dan sampai sejauh mana pemimpin memperhatikan
kebutuhan sosial dan emosi bagi bawahan seperti misalnya kebutuhan akan
pengakuan, kepuasan kerja dan penghargaan yang mempengaruhi kinerja mereka
dalam organisasi. Dimensi konsiderasi ini juga dikaitkan dengan adanya
pendekatan kepemimpinan yang mengutamakan komunikasi dua arah, partisipasi dan
hubungan manusiawi (human relations).
Halpin (1966), Blake and Mouton (1985) menyatakan
bahwa tingkah laku pemimpin yang efektif cenderung menunjukkan kinerja yang
tinggi terhadap dua aspek di atas. Mereka berpendapat bahwa pemimpin yang
efektif adalah pemimpin yang menata kelembagaan organisasinya secara sangat
terstruktur, dan mempunyai hubungan yang persahabatan yang sangat baik, saling
percaya, saling menghargai dan senantiasa hangat dengan bawahannya. Secara
ringkas, model kepemimpinan efektif ini mendukung anggapan bahwa pemimpin yang
efektif adalah pemimpin yang dapat menangani kedua aspek organisasi dan manusia
sekaligus dalam organisasinya.
d. Model
Kepemimpinan Kontingensi (Contingency Model)
Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada
kecocokan antara karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan
variabel-variabel situasional. Kalau model kepemimpinan situasional berasumsi
bahwa situasi yang berbeda membutuhkan tipe kepemimpinan yang berbeda, maka
model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni
pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional dengan
watak atau tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin (Hoy and Miskel 1987).
Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model
kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin
terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya
kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of
the situation) yang dihadapinya. Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang
mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi
keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin
dan bawahan (leader-member relations), struktur tugas (the task structure) dan
kekuatan posisi (position power).
Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan sampai
sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan
bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin. Struktur tugas menjelaskan sampai
sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai
sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci
dan prosedur yang baku. Kekuatan posisi menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan
atau kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya diterapkan dalam
organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari
tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai
sejauh mana pemimpin (misalnya) menggunakan otoritasnya dalam memberikan
hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat (demotions).
Model kontingensi yang lain, Path-Goal Theory, berpendapat
bahwa efektifitas pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku
pemimpin dengan karakteristik situasi (House 1971). Menurut House, tingkah laku
pemimpin dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok: supportive leadership(menunjukkan
perhatian terhadap kesejahteraan bawahan dan menciptakan iklim kerja yang
bersahabat), directive leadership (mengarahkan bawahan untuk
bekerja sesuai dengan peraturan, prosedur dan petunjuk yang ada), participative
leadership (konsultasi dengan bawahan dalam pengambilan keputusan)
dan achievement-oriented leadership(menentukan tujuan organisasi
yang menantang dan menekankan perlunya kinerja yang memuaskan).
MenurutPath-Goal Theory, dua variabel situasi yang sangat
menentukan efektifitas pemimpin adalah karakteristik pribadi para
bawahan/karyawan dan lingkungan internal organisasi seperti misalnya peraturan
dan prosedur yang ada. Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih
sempurna dibandingkan modelmodel sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan
dalam organisasi, namun demikian model ini belum dapat menghasilkan klarifikasi
yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi,
tingkah laku pemimpin dan variabel situasional.
e.
Model Kepemimpinan
Transformasional (Model of Transformational Leadership)
Model kepemimpinan
transformasional merupakan model yang relatif baru dalam studi-studi
kepemimpinan. Burns (1978) merupakan salah satu penggagas yang secara eksplisit
mendefinisikan kepemimpinan transformasional. Menurutnya, untuk memperoleh
pemahaman yang lebih baik tentang model kepemimpinan transformasional, model
ini perlu dipertentangkan dengan model kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan
transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi dan legitimasi di dalam
organisasi. Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang
pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya untuk
mencapai tujuan organisasi. Disamping itu, pemimpin transaksional cenderung
memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas organisasi.
Untuk memotivasi
agar bawahan melakukan tanggungjawab mereka, para pemimpin transaksional sangat
mengandalkan pada sistem pemberian penghargaan dan hukuman kepada bawahannya.
Sebaliknya, Burns menyatakan bahwa model kepemimpinan transformasional pada
hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk
melakukan tanggungjawab mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin
transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan
mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui
kredibilitas pemimpinnya.Hater dan Bass (1988) menyatakan bahwa "the
dynamic of transformational leadership involve strong personal identification
with the leader, joining in a shared vision of the future, or goingbeyond the
self-interest exchange of rewards for compliance".
Dengan demikian,
pemimpin transformasional merupakan pemimpin yang karismatik dan mempunyai
peran sentral dan strategis dalam membawa organisasi mencapai tujuannya.
Pemimpin transformasional juga harusmempunyai kemampuan untuk menyamakan visi
masa depan dengan bawahannya, serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat
yang lebih tinggi dari pada apa yang mereka butuhkan. Menurut Yammarino dan Bass
(1990), pemimpin transformasional harus mampu membujuk para bawahannya
melakukan tugas-tugas mereka melebihi kepentingan mereka sendiri demi
kepentingan organisasi yang lebih besar.
Yammarino dan Bass
(1990) juga menyatakan bahwa pemimpin transformasional
mengartikulasikan visi masa depan organisasi yang realistik, menstimulasi
bawahan dengan cara yang intelektual, dan menaruh parhatian pada
perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh bawahannya. Dengan demikian, seperti
yang diungkapkan oleh Tichy and Devanna (1990), keberadaan para pemimpin
transformasional mempunyai efek transformasi baik pada tingkat organisasi
maupun pada tingkat individu.
Dalam buku mereka yang berjudul "Improving Organizational Effectiveness through Transformational Leadership".
Dalam buku mereka yang berjudul "Improving Organizational Effectiveness through Transformational Leadership".
Bass dan Avolio
(1994) mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional
mempunyai empat dimensi yang disebutnya sebagai "the Four I's".
Dimensi yang pertama disebutnya sebagai idealized influence (pengaruh ideal).
Dimensi yang pertama ini digambarkan sebagai perilaku pemimpin yang membuat
para pengikutnya mengagumi, menghormati dan sekaligus mempercayainya. Dimensi
yang kedua disebut sebagai inspirational motivation (motivasi inspirasi). Dalam
dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu
mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan,
mendemonstrasikan komitmennya terhadap seluruh tujuan organisasi, dan mampu
menggugah spirit tim dalam organisasi melalui penumbuhan entusiasme dan
optimisme. Dimensi yang ketiga disebut sebagai intellectual stimulation
(stimulasi intelektual).
Pemimpin
transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan solusi yang
kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan, dan
memberikan motivasi kepada bawahan untuk mencari pendekatan-pendekatan yang
baru dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi. Dimensi yang terakhir disebut
sebagai individualized consideration (konsiderasi individu).
Dalam dimensi ini,
pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau
mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan dan secara khusus
mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan karir.
Walaupun penelitian
mengenai model transformasional ini termasuk relatif baru, beberapa hasil
penelitian mendukung validitas keempat dimensi yang dipaparkan oleh Bass dan
Avilio di atas. Banyak peneliti dan praktisi manajemen yang sepakat bahwa model
kepemimpinan transformasional merupakan konsep kepemimpinan yang terbaik dalam
menguraikan karakteristik pemimpin (Sarros dan Butchatsky 1996). Konsep
kepemimpinan transformasional ini mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan
dalam pendekatan-pendekatan watak (trait), gaya (style) dan kontingensi, dan
juga konsep kepemimpinan transformasional menggabungkan dan menyempurnakan
konsep-konsep terdahulu yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosiologi (seperti
misalnya Weber 1947) dan ahli-ahli politik (seperti misalnya Burns 1978).
Beberapa ahli
manajemen menjelaskan konsep-konsep kepemimpinan yang mirip dengan kepemimpinan
transformasional sebagai kepemimpinan yang karismatik, inspirasional dan yang
mempunyai visi (visionary). Meskipun terminologi yang digunakan berbeda, namun
fenomena-fenomena kepemimpinan yang digambarkan dalam konsep-konsep tersebut
lebih banyak persamaannya daripada perbedaannya.
Bryman (1992)
menyebut kepemimpinan transformasional sebagai kepemimpinan baru (the new
leadership), sedangkan Sarros dan Butchatsky (1996) menyebutnya sebagai
pemimpin penerobos (breakthrough leadership).
Disebut sebagai
penerobos karena pemimpim semacam ini mempunyai kemampuan untuk membawa
perubahan-perubahan yang sangat besar terhadap individu-individu maupun
organisasi dengan jalan: memperbaiki kembali (reinvent) karakter diri
individu-individu dalam organisasi ataupun perbaikan organisasi, memulai proses
penciptaan inovasi, meninjau kembali struktur, proses dan nilai-nilai
organisasi agar lebih baik dan lebih relevan, dengan cara-cara yang menarik dan
menantang bagi semua pihak yang terlibat, dan mencoba untuk merealisasikan
tujuan-tujuan organisasi yang selama ini dianggap tidak mungkin dilaksanakan.
Pemimpin penerobos
memahami pentingnya perubahan-perubahan yang mendasar dan besar dalam kehidupan
dan pekerjaan mereka dalam mencapai hasil-hasil yang diinginkannya. Pemimpin
penerobos mempunyai pemikiran yang metanoiac, dan dengan bekal pemikiran ini
sang pemimpin mampu menciptakan pergesaran paradigma untuk mengembangkan
Praktekorganisasi yang sekarang dengan yang lebih baru dan lebih relevan.
Metanoia berasaldari kata Yunani meta yang berarti perubahan, dan nous/noos
yang berarti pikiran.
Dengan perkembangan
globalisasi ekonomi yang makin nyata, kondisi di berbagai pasar dunia makin
ditandai dengan kompetisi yang sangat tinggi (hyper-competition). Tiap keunggulan
daya saing perusahaan yang terlibat dalam permainan global (global game)
menjadi bersifat sementara (transitory). Oleh karena itu, perusahaan sebagai
pemain dalam permainan global harus terus menerus mentransformasi seluruh aspek
manajemen internal perusahaan agar selalu relevan dengan kondisi persaingan
baru.
Pemimpin transformasional dianggap sebagai model pemimpin yang tepat dan yang mampu untuk terus-menerus meningkatkan efisiensi, produktifitas, dan inovasi usaha guna meningkatkan daya saing dalam dunia yang lebih bersaing.
Pemimpin transformasional dianggap sebagai model pemimpin yang tepat dan yang mampu untuk terus-menerus meningkatkan efisiensi, produktifitas, dan inovasi usaha guna meningkatkan daya saing dalam dunia yang lebih bersaing.
Prinsip-Prinsip Dasar Kepemimpinan
Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada
prinsip-prinsip (Stephen R. Coney) sebagai berikut:
1.
Seorang yang belajar seumur hidup :
Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya,
beJajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai
pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
2.
Berorientasi pada pelayanan :
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpjn dengan
prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi
pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
3.
Membawa energi yang positif : Setiap
orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan
pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu
dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin hams
dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak
ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin haras dapat menunjukkan energi
yang positif, seperti;
a.
Percaya pada orang lain :
Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf
bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan
yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.
b. Keseimbangan
dalam kehidupan :
Seorang pemimpin haras dapat menyeimbangkan tugasnya.
Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan
olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan
juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.
c.
Melihat kehidupan sebagai tantangan
:
Kata 'tantangan' sering diinterpretasikan negatif. Dalam hal
ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala
konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan,
mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung
pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.
d. Sinergi
:
Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan
satu katalis perubahan, Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan
lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah
pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah
satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja
secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap
orang, atasan, staf, teman sekerja.
e. Latihan
mengembangkan diri sendiri :
Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri
untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada
proses. Proses dalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang
berhubungan dengan:
1.
Pemahaman materi;
2.
Memperluas materi melalui belajar
dan pengalaman;
3.
Mengajar materi kepada orang lain;
4.
Mengaplikasikan prinsip-prinsip;
5.
Memonitoring hasil;
6.
Merefleksikan kepada hasil;
7.
Menambahkan pengetahuan baru yang
diperlukan materi;
8.
Pemahaman baru; dan
9.
Kembali menjadi diri sendiri lagi.
PENDEKATAN-PENDEKATAN
STUDI KEPEMIMPINAN
Untuk mempelajari kepemimpinan menggunakan tiga pendekatan,
yaitu :
1.
Pendekatan pertama bahwa
kepemimpinan itu tumbuh dari bakat
2.
Pendekatan kedua kepemimpinan tumbuh
dari perilaku. Kedua pendekatan diatas berasumsi bahwa seseorang yang memiliki
bakat yang cocok atau memperlihatkan perilaku yang sesuai akan muncul sebagai
pemimpin dalam situasi kelompok (organisasi) apapun yang ia masuki.
3.
Pendekatan yang ketiga bersandar
pada pandangan situasi (situasionar perspective) pandangan ini berasumsi bahwa
kondisi yang menentukan efektifitas pemimpin. Efektifitas pemimpin bervareasi
menurut situasi tugas yang harus diselesaikan, keterampilan dan pengharapan
bawahan lingkungan organisasi dan pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan.
Dalam situasi yang berbeda prestasi seorang pemimpin berbeda pula, mungkin
lebih baik atau lebih buruk. Pendekatan ini memunculkan pendekatan kontingensi
yang menentukan efektifitas situasi gaya pemimpin.
Pendekatan Sifat
Kepemimpinan
Dalam pendekatan sifat timbul pemikiran bahwa pemimpin itu
dilahirkan, pemimpin bukan dibuat. Pemikiran semacam itu dinamakan pemikiran
“Hereditary” (turun temurun). Pendekatan secara turun-temurun bahwa pemimpin
dilahirkan bukan dibuat, pemimpin tidak dapat memperoleh kemampuan dengan
belajar/latihan tetapi dari menerima warisan, sehingga menjamin kepemimpinan
dalam garis turun-temurun dilakukan antar anggota keluarga.
Dengan demikian kekuasaan dan kesejahteraan dapat
dilangsungkan pada generasi berikutnya yang termasuk dalam garis keturunan
keluarga yang saat itu berkuasa. Kemudian timbul teori baru yaitu “Physical
Characteristic Theory” (teori dari Fisik). Kemudian timbul lagi bahwa pemimpin
itu dapat diciptakan melalui latihan sehingga setiap orang mempunyai potensi
untuk menjadi pemimpin.
Para ahli umumnya memiliki pandangan perlunya seorang
pemimpin mempunyai sifat-sifat yang baik. Pandangan semacam ini dinamakan
pendekatan sifat.
Sifat-sifat kepemompinan itu mencakup :
1.
Pengetahuan
2.
Kecerdasan
3.
Imajinasi
4.
Kepercayaan diri
5.
Integrasi
6.
Kepandaian berbicara
7.
Pengendalian dan keseimbangan mental
dan emosional
8.
Pergaulan sosial dan persahabatan
9.
Dorongan
10. Antusiasme,
dan
11. Keberanian
Adapun sifat-sifat yang baik yang harus dimiliki seorang
pemimpin yaitu:
1.
Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.
Cakap, cerdik dan jujur
3.
Sehat jasmani dan rohani
4.
Tegas, berani, disiplin dan efisien
5.
Bijaksana dan manusiawi
6.
Berilmu
7.
Bersemangat tinggi
8.
Berjiwa matang dan berkemauan keras
9.
mempunyai motivasi kerja tinggi
10.
Mampu berbuat adil
11.
Mampu membuat rencana dan keputusan
12.
Memiliki rasa tanggung jawab yang
besar
13.
Mendahulukan kepentingan orang lain.
Pendekatan
perilaku Kepemimpinan
Pendekatan perilaku adalah : keberhasilan atau kegagalan
pemimpin ditentukan oleh gaya bersikap dan bertindak pemimpin yang
bersangkutan.
Dalam pendekatan perilaku ini
secara berturut-turut akan diuraikan beberapa gaya kepemimpinan, antara lain :
1. Studi
kepemimpinan Universitas Iowa
2. Studi
kepemimpinan Universitas Ohio
3. Studi
kepemimpinan Universitas Michigan
4. Menegerial
grid
5. Empat
system managemen
6. Teori
x dan teori y
1) Menurut
IOWA kepemimpinan ada 3, yaitu :
Kepemimpinan gaya otoriter ( Agarwal
)
Kepemimpinan gaya demokratis ( Herbert G. Hiks dan Ray C.
Gullett )
Kepemimpinan gaya liberal ( C. G.
Brown )
2) Menurut
OHIO kepemimpinan ada 2, yaitu:
Kepemimpinan menurut struktur
tugasnya
Kepemimpinan menurut tenggang rasa
3) Menurut
MICHIGAN kepemimpinan ada 2, yaitu:
Kepemimpinan terpusat pada pekerjaan
Kepemimpinan terpusat pada pegawai
4) Menurut
"Managerial Gird" kepemimpinan ada 2,yaitu:
Kepemimpinan yang perhatiannya
terpusat pada produksi
Kepemimpinan yang perhatiannya
teerpusat pada orang
5) Empat
Sistem Manajemen perilaku pemimpinan ada 2, yaitu:
Kepemimpinan yang berorientasi pada
tugas
Kepemimpinan yang berorientasi pada
orang
Menurut Rensis Likert gaya kepemimpinan terbagi atas 4 macam,
yaitu :
Otokratis pemerasan
Otokratis bijak
Kepemimpinan konsultasi
Kepemimpinan peran serta kelompok
6) Teori
X dan Y
Teori X dan Teori Y dari Mc Gregor
Teori prilaku adalah teori yang
menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan
pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas
McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para manajer / pemimpin
organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai /
karyawan yaitu teori x atau teori y.
A. Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada
dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang
menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja
memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan
balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus
terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang
diinginkan perusahaan.
B. Teori Y
Teori ini memiliki anggapan bahwa
kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya.
Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka
memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan
perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta
memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga
tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.
Penelitian teori x dan y menghasilkan
teori gaya kepemimpinan ohio state yang membagi kepemimpinan berdasarkan skala
pertimbangan dan penciptaan struktur. Teori Z dapat anda baca di artikel lain
di situs organisasi.org ini. Gunakan fasilitas pencarian yang ada untuk
menemukan apa yang anda butuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar